06 March 2009

Apakah Sisi Gelap Web 2.0?

Sebelumnya saya pernah menuliskan mengenai Web 2.0 di blog saya ini, jujur pada saat itu saya masih awam mengenai hal tersebut. Namun lambat laun setelah saya coba pelajari lebih dalam, akhirnya lumayan mengerti juga. Alhamdulillah. Setelah membaca blog dari pak Yuswodahy mengenai The DARK SIDE of Web 2.0 mengingatkan saya dari kejahatan teknologi Web 2.0 yang musti di waspadi dari kehidupan sehari-hari. Jujur saja, mungkin saya merupakan salah satu orang yang sudah kena imbasnya. Terimakasih pak Yuswo sudah mengingatkan saya...Dari sini saya juga mengajak rekan semua jangan terlalu terpanah ke dalam kemajuan Web 2.0 ini. Ingat mesti ini sangat bagus sosial network, namun jangan terlena karnanya.Berikut ini kutipan dari blog pak yuswohady yang saya baca: 


The DARK SIDE of Web 2.0

Saya barusan membaca buku baru Don Tapscott (penulis buku laris Wikinomics) berjudul “Grown Up Digital”. Tapscott mengidentifikasi lahirnya generasi baru yang disebutnya “Generation Z”, yaitu generasi yang lahir setelah tahun 1998. Di masa-masa kecilnya generasi ini sudah mengenal Blackberry, Facebook, atau YouTube. Mereka mengerjakan PR sudah memanfaatkan Google dan Wikipedia. Mereka juga sudah menikmati bahkan kecanduan beragam online games.

Memang Tapscott menguraikan potensi dari generasi baru ini sebagai embrio dari munculnya “creative class” yang akan membawa kemajuan luar biasa bagi peradaban manusia. Namun yang menjadikan saya sedih adalah uraian Tapscott di awal buku yang meninjau selintas sisi gelap dari generasi baru ini. Berikut ini adalah beberapa diantaranya:

#1 They are DUMBER than we were at their age. Mereka tak bisa memokuskan perhatian terhadap apapun. Mereka pembaca dan pengomunikasi yang sangat buruk. Karena sepanjang hari waktunya dihabiskan di dunia maya (di FB, blog, etc) nilai ujian mereka di kelas atau di kampus buruk sekali. Kesibukan di dunia maya menjadikan mereka pengidap apa yang disebut ”attention-deficit disorder”.

#2 They’re SCREENAGERS, Net addicted, losing their social skills and they have no time for sport and healthy activities. Karena waktu mereka dihabiskan di depan layar komputer atau video games (bukannya digunakan untuk aktivitas fisik yang menyehatkan) mereka gemuk, jelek, dan berpenyakitan.

#3 They have NO SAME. Mereka yang kaum hawa misalnya, tak malu mengumbar gambar intim atau informasi yang sangat personal mengenai dirinya ke publik melalui blog, milis, Facebook, YouTube, dsb. Mereka “bonek” dan tak tahu malu.

#4 They STEAL. Dengan gampangnya mereka melanggar intellectual property rights, men-download musik, mempertukarkan, dan berbagi ke sesama teman secara peer-to-peer, tanpa rasa hormat sedikitpun kepada pencipta dan pemiliknya.

#5 They’re VIOLENT. Berbagai jenis video games laga yang mengumbar kekerasan dan kekejaman (extremely violent video games) telah menjadikan mereka generasi yang kejam, sadis, rasis, sexist, brutal…. (…menulis bagian ini saya sambil mengelus dada).

#6. They have NO work ethic and will be BAD employees.

#7. This is the latest narcissistic “ME” generation. Kehadiran YouTube, MySpace, FB, menjadikan mereka sangat narsis: attention-seeker. Celakanya seringkali itu dilakukan secara membabi-buta, tanpa peduli kepentingan orang lain.

#8 They have NO VALUES and they DON’T CARE about anyone else. Yang menjadi pusat perhatian mereka hanyalah budaya pop, selebritis, dan teman-teman mereka. Mereka tak tertarik membaca surat kabar dan berita televisi. Mereka tak memilih saat Pemilu dan tak mau terlibat dalam aktivitas kemasyarakatan. Ketika dewasa mereka menjadi warganegara yang buruk (bad citizen).

Prof. Bauerlein meringkaskan karekateristik generasi baru ini sebagai berikut:

They connected and multitasked, autonomous yet peer-mindful, makes NO great leap forward in human intelligence, global thinking, or netizen-ship. Young users have learned a thousand new things, no doubt. They upload and download, surf and chat, post and design, BUT they HAVEN’T learned to analyze a complex text, store facts in their heads, comprehend a foreign policy decision, take lessons from history, or spell correctly.”

Beginikah POTRET anak-anak kita nantinya?
Benarkan anak-anak kita menjadi ”MUTAN” yang menakutkan oleh adanya kemajuan internet?
Kalau memang betul, betapa menyedihkannya… :(

Inikah sisi gelap dari Web 2.0?

0 comments: